Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi memberlakukan kebijakan tarif baru terhadap mitra dagang utama AS. Dalam kebijakan ini, semua produk impor akan dikenai tarif dasar sebesar 10%, dengan tarif tambahan lebih tinggi untuk beberapa negara tertentu. Vietnam menerima tarif tertinggi sebesar 46%, diikuti oleh China 34%, sementara Indonesia terkena tarif 32%.
Dalam pengumuman yang disampaikan di Rose Garden, Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk melindungi kepentingan ekonomi AS dan menciptakan perdagangan yang lebih adil. “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” ujar Trump, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Tarif baru ini akan mulai berlaku pada 9 April 2025 dan mencakup total 60 negara. Seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari strategi Trump dalam merombak tatanan perdagangan global yang selama ini dinilai merugikan AS.
Selain tarif baru, Trump juga menandatangani perintah eksekutif untuk menghapus pengecualian tarif “de minimis”, yang sebelumnya berlaku bagi produk-produk impor dengan nilai rendah. Lebih lanjut, pemerintah AS berencana mengenakan tarif tambahan terhadap produk-produk semikonduktor, obat-obatan, dan mineral strategis.
Kebijakan ini langsung mengguncang pasar global. Saham-saham berjangka AS turun tajam setelah pengumuman tersebut, sementara negara-negara mitra dagang AS diperkirakan akan merespons dengan kebijakan balasan yang dapat memicu lonjakan harga berbagai produk, mulai dari sepeda hingga wine.
Pemerintah AS belum menerbitkan pemberitahuan resmi mengenai pemberlakuan tarif ini kepada mitra dagang, namun serangkaian tarif impor mobil yang telah diumumkan pekan lalu akan mulai berlaku pada 3 April 2025.
Kebijakan tarif ini menambah daftar panjang langkah proteksionis Trump dalam mengatur perdagangan internasional, setelah sebelumnya ia menerapkan bea masuk 20% untuk semua impor dari China serta tarif 25% untuk baja dan aluminium yang diperluas ke berbagai produk hilir dengan total nilai mencapai US$150 miliar.
Editor: Putri Salsabila Irawan
Sumber: Reuters, Bloomberg, Bisnis.com