Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas setelah AS meningkatkan tarif terhadap berbagai produk asal Tiongkok. Meski demikian, Tiongkok menunjukkan sikap tenang dan siap melawan dengan langkah-langkah tegas serta strategi jangka panjang.
Dalam buku putih berjudul “Posisi Tiongkok mengenai Isu-isu Tertentu Mengenai Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-AS” yang dirilis pada 9 April, Tiongkok menegaskan bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang, dan bahwa proteksionisme bukanlah jalan keluar. Pernyataan ini sekaligus menjadi sinyal peringatan bagi negara-negara mitra dagang untuk bersiap menghadapi ketidakpastian global.
“Tiongkok memiliki cadangan kebijakan yang cukup, fondasi ekonomi yang stabil, dan keterbukaan yang tinggi. Kami yakin dan mampu menghadapi tekanan dari luar,” ujar seorang pejabat Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Sejak akhir tahun lalu, Tiongkok telah memperkuat perangkat kebijakan ekonominya, termasuk dengan langkah stabilisasi pasar modal yang proaktif. Ini menunjukkan kesiapan negara tersebut menghadapi dampak tarif yang disebut-sebut melebihi ekspektasi global.
Bagi Indonesia, dinamika ini perlu dicermati karena dapat berdampak terhadap rantai pasok, harga komoditas, dan arus perdagangan internasional. Apalagi Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia, baik dalam ekspor sumber daya alam seperti batu bara, nikel, dan bauksit, maupun impor barang-barang teknologi dan manufaktur.
Sebagai negara dengan sistem industri yang kuat, Tiongkok menilai bahwa penguatan inovasi dan diversifikasi kerja sama dengan negara-negara ASEAN menjadi salah satu penopang stabilitas ekonominya. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan signifikan dalam perdagangan bilateral dengan kawasan Asia Tenggara.
Zhou Mi, peneliti dari Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Tiongkok, menyebut bahwa keterbukaan dan perluasan kerja sama ekonomi Tiongkok adalah kunci untuk menghadapi tekanan eksternal. Ia juga menekankan bahwa langkah “pemisahan ekonomi” yang coba didorong oleh AS justru bisa merugikan semua pihak, termasuk Amerika sendiri.
Penulis: Putri Salsabila Irawan
Sumber: https://www.chinanews.com.cn/cj/2025/04-10/10397315.shtml