Pengembangan Smelter Aluminium EGA-Inalum Terkendala Mahalnya Listrik

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu CEO Emirates Global Aluminium (EGA) Abdulnasser Ibrahim Saif Bin Kalban. Keduanya membahas kelanjutan kerja sama pengembangan produksi aluminium melalui pengembangan smelter yang mengolah bauksit di Indonesia.

Abdulnasser menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai salah satu pemain utama di industri aluminium. Meski begitu, dinilai perlu pembahasan lebih lanjut untuk memetakan proyek-proyek yang dapat dikerjasamakan.

“Indonesia adalah negara potensial di sektor aluminium. Oleh karena itu perlu terus dilakukan feasibility study guna mengukur efisiensi produk Aluminium Indonesia” kata Abdulnasser di sela acara The World Government Summit 2025 di Dubai, dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (16/2/2025).

EGA merupakan perusahaan produsen aluminium premium terbesar di dunia yang memiliki smelter aluminium di Dubai dan Abu Dhabi. Selain itu juga merupakan perusahaan industri terbesar di Persatuan Emirat Arab (PEA) di luar sektor minyak dan gas.

EGA sendiri telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama strategis dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), dalam mendorong ekspansi produksi dan sekaligus mendorong hilirisasi industri aluminium yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk Indonesia.

Pada kesempatan ini, Abdulnasser menyatakan bahwa EGA telah menyepakati kerja sama dengan Inalum untuk memperluas smelter di utara Sumatera hingga 400.000 ton/tahun. Hanya saja proyek kerja sama tersebut belum terealisasi karena faktor tingginya biaya listrik dan pasokan listrik rendah karbon yang digunakan untuk memproduksi aluminium hijau.

Sebagai sebuah perusahaan peleburan dan pengolahan aluminium kelas dunia, EGA telah melakukan pengembangan teknologi secara mandiri dalam hal peleburan aluminium dan melakukan berbagai studi untuk penggunaan teknologi tinggi di Smelter Inalum Kuala Tanjung Sumatera Utara untuk mencapai peningkatan produksi hingga 400.000 ton per tahun. Dengan demikian diharapkan akan bisa mengeksplorasi potensi-potensi baru dalam sektor industri pengolahan aluminium di Indonesia.

Abdulnasser juga menyampaikan bahwa EGA menggunakan solar panel sebagai sumber tenaga pengolahan aluminium dan berencana akan menjajaki alternatif pengembangan energi bersih di Indonesia. Sebagaimana diketahui, pemerintah sedang mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengembangan hidrokarbon, serta teknologi baru yang meliputi hidrogen, nuklir dan baterai.

“Dengan kemampuan dan teknologi maju yang kami gunakan dan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia akan menghasilkan alumina terbaik dalam jumlah yang besar,” lanjut Abdulnasser.

Menanggapi hal tersebut, Menko Airlangga mengungkapkan akan berkoordinasi dengan Inalum untuk menindaklanjuti kerja sama yang sebelumnya sudah disepakati. Selain itu, stakeholder terkait juga akan dilibatkan untuk percepatan implementasi komitmen kerja sama.

“Kerja sama perlu dilakukan dengan pihak lain seperti PLN untuk mengembangkan tenaga listrik rendah karbon guna memenuhi pasokan listrik yang mencukupi untuk produksi aluminium”. ujar Menko Airlangga

Menko Airlangga menegaskan bahwa kerja sama ini harus memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dan melibatkan sektor swasta di Indonesia.

“Perlu dipastikan bahwa kerja sama sektor aluminium ini memiliki dampak ekonomi yang besar terutama dalam penciptaan lapangan kerja” lanjut Menko Airlangga.

Penulis : Anisa Indraini

Sumber : https://finance.detik.com/energi/d-7781034/pengembangan-smelter-aluminium-ega-inalum-terkendala-mahalnya-listrik

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *