Penarikan Aluminium dari Gudang LME Malaysia Perketat Pasokan, Harga Asia Tetap Stabil
Dilansir melalui Alcircle pada (11/9/2025). Harga aluminium di Asia tetap stabil di kisaran USD 2.615 per ton, didorong oleh lonjakan penarikan logam dari gudang London Metal Exchange (LME) yang menyebabkan pasokan semakin ketat di kawasan tersebut. Sekitar 100.000 ton aluminium diminta untuk dikeluarkan dari gudang LME di Malaysia hanya dalam waktu dua hari, menurut para pedagang. Penarikan ini memangkas stok yang sebelumnya berada di level tertinggi dalam 14 bulan terakhir.
Pengurangan stok secara tiba-tiba ini membuat jumlah logam yang tersedia menjadi terbatas, sehingga para pembeli harus bersaing untuk mendapatkan pasokan yang tersisa. Para analis melihat hal ini sebagai langkah strategis dari perusahaan dagang untuk mengamankan logam fisik di tengah ketidakpastian yang terus berlangsung.
Perhatian pasar kini tertuju pada Malaysia, yang menjadi titik fokus dari pergeseran stok terbaru. Gudang-gudang di negara ini memegang peranan penting dalam perdagangan aluminium di Asia, dan lonjakan penarikan stok kali ini dikaitkan dengan permintaan musiman dari produsen regional.
“Ketika logam menghilang dari sistem secepat itu, biasanya hal itu menandakan kondisi yang lebih ketat di masa mendatang.”, ujar seorang pedagang yang berbasis di Singapura, dikutip dari Alcircle.
Peran Rumah Dagang dan Kebijakan LME
Tahun ini, perdagangan aluminium mengalami volatilitas. Pada bulan Juni, Bloomberg melaporkan bahwa Mercuria Energy Group menguasai lebih dari 90 persen aluminium berdasarkan waran, yang memicu kekhawatiran akan potensi distorsi pasar. Sebagai respons, LME memberlakukan aturan baru yang mewajibkan pemegang posisi besar di pasar berjangka untuk meminjamkan kembali logam tersebut dengan suku bunga terbatas, guna mencegah gangguan pasokan.
Keterbatasan Pasokan yang Sudah Ada Sebelumnya
Tanpa adanya penarikan besar-besaran dari gudang sekalipun, pasokan aluminium memang sudah terbatas. Biaya energi mencakup hingga 40 persen dari total biaya peleburan, dan harga listrik yang tinggi di negara-negara penghasil utama telah menekan output. Selain itu, regulasi lingkungan di Tiongkok dan negara lainnya juga membatasi pertumbuhan produksi.
Sementara itu, keterlambatan pengiriman serta kemacetan di pelabuhan masih menghambat arus perdagangan dan meningkatkan premi regional.
Aluminium Tahan di Tengah Melemahnya Logam Lain
Aluminium menunjukkan ketahanan harga dibanding logam dasar lainnya. Pada tanggal 9 September, harga aluminium tidak berubah di USD 2.615 per ton, sementara harga tembaga berada di sekitar USD 9.925, dan logam lain mengalami pelemahan. Analis menyatakan bahwa kekuatan aluminium mencerminkan kondisi penawaran dan permintaan spesifik, bukan karena tren komoditas secara umum.
Secara teknikal, indikator menunjukkan level support di sekitar USD 2.615, dan resistance di dekat USD 2.656. Pelaku pasar menyebutkan bahwa arah harga ke depan akan dipengaruhi oleh kelanjutan penarikan stok, bagaimana para smelter menghadapi kenaikan biaya energi, serta kekuatan permintaan dari pabrik-pabrik di Tiongkok.
Dampak Kenaikan Harga Aluminium di Asia
Harga aluminium yang tinggi mulai berdampak pada rantai pasok. Produsen mobil menghadapi biaya yang meningkat karena logam ringan tersebut menjadi lebih mahal. Proyek konstruksi ikut terdampak karena harga untuk rangka dan panel naik, sementara produsen barang konsumsi bersiap menghadapi lonjakan harga untuk kaleng dan komponen elektronik.
Bagi negara-negara yang memiliki kapasitas produksi bauksit, alumina, dan peleburan, kondisi ini justru membawa keuntungan berupa pendapatan yang lebih tinggi dan neraca perdagangan yang lebih baik.
Lonjakan penarikan stok aluminium di Malaysia menunjukkan rapuhnya sistem pasokan saat ini. Dengan persediaan yang masih rendah dibandingkan rata-rata historis, dan produksi yang dibatasi oleh tekanan energi serta peraturan lingkungan, harga aluminium diperkirakan akan tetap tinggi, meskipun regulator terus berupaya mencegah terulangnya distorsi pasar seperti yang terjadi tahun ini.
Lonjakan penarikan aluminium dari gudang LME di Malaysia, ketatnya pasokan global akibat tekanan energi dan regulasi, serta kekhawatiran distorsi pasar membuat harga aluminium di Asia tetap stabil dan berpotensi bertahan tinggi di tengah ketidakpastian yang terus berlangsung.
Penulis: Ispanji Surya Dewantoro
Sumber: https://www.alcircle.com/news/asias-aluminium-market-holds-strong-as-lme-stocks-plunge-in-malaysia-115455