Harga Bauksit Global Turun pada Paruh Pertama 2025 Akibat Penurunan Permintaan dan Kelebihan Pasokan
Dilansir melalui Alcircle yang diterbitkan pada (17/07/2025). Pada Juni 2025, harga bauksit global mengalami penurunan, terutama disebabkan oleh menurunnya volume impor ke Tiongkok. Di saat yang sama, kilang alumina dan pelabuhan menunjukkan peningkatan stok, mencerminkan kondisi pasar yang mengalami kelebihan pasokan. Di tengah ketidakpastian pasokan global, produsen utama dari Australia seperti ABx dan Rio Tinto mulai meningkatkan volume produksi mereka.
Ke depan, permintaan bauksit diperkirakan akan meningkat hingga akhir tahun 2025, yang dipicu oleh ekspansi proyek infrastruktur di negara-negara berkembang.
Harga bauksit di Tiongkok sendiri menunjukkan penurunan pada Juni 2025. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya impor dari negara-negara produsen utama, serta penurunan produksi aluminium dalam negeri sebesar 3,23 persen secara bulanan, yang berdampak pada kapasitas operasional secara keseluruhan.
Secara global, pasokan bauksit terus meningkat. Pada Juni 2025, terjadi penumpukan inventaris secara berkelanjutan, baik di kilang alumina domestik maupun di pelabuhan. Stok bahan baku bauksit di kilang alumina mengalami pertumbuhan 3 persen secara bulanan dan 8,7 persen secara tahunan.
Jumlah inventaris bauksit yang tercatat di sembilan pelabuhan utama mencapai 23,35 juta ton, dengan tambahan kapasitas sebesar 1,79 juta ton dibanding akhir Mei. Sejak Januari 2025, penumpukan inventaris bauksit telah mencapai total 9,37 juta ton.
Memasuki bulan Juli, permintaan terhadap bauksit meningkat, namun pasokan yang masih longgar turut mendorong bertambahnya persediaan, khususnya di pasar yang masih menghadapi tantangan.
Di sisi lain, musim hujan yang akan datang di Guinea serta berlanjutnya masalah terkait hak penambangan diperkirakan akan memengaruhi pengiriman bauksit di masa depan. Selain itu, keengganan penjual untuk bernegosiasi dapat menyebabkan fluktuasi harga dalam jangka pendek.
Aktivitas sektor bauksit di Australia meningkat, menyusul gangguan pasokan di Guinea dan Tiongkok yang sebelumnya memicu lonjakan harga. Rio Tinto merespons kondisi pasar ini dengan memperluas kapasitas produksi tambang bauksit Arum di Queensland Utara, menambah kapasitas tahunan sebesar 23 juta ton.
Sementara itu, ABx Group bertransformasi dari perusahaan eksplorasi menjadi entitas yang terdiversifikasi, dengan fokus pada penambangan bauksit, produksi aluminium fluorida, dan pemulihan unsur tanah jarang. Perusahaan ini tengah mengembangkan beberapa proyek bauksit di Tasmania, Queensland, dan New South Wales. Tambang bauksit ABx di Tasmania direncanakan mulai beroperasi pada 2025, sambil menunggu persetujuan perencanaan akhir.
Prospek pertumbuhan bauksit diperkirakan akan menguat pada paruh kedua tahun 2025, didukung oleh meningkatnya permintaan terhadap material berkelanjutan, kemajuan teknologi dalam produksi aluminium, serta percepatan pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang. Selain itu, regulasi lingkungan yang ketat dan peralihan global menuju energi hijau mendorong pengakuan terhadap bauksit sebagai bahan baku penting di berbagai sektor industri utama.
Harga bauksit global mengalami penurunan pada paruh pertama 2025 akibat melemahnya perm intaan dan meningkatnya pasokan, namun diperkirakan akan kembali menguat pada paruh kedua tahun ini seiring meningkatnya proyek infrastruktur, perubahan dinamika pasokan, dan dorongan terhadap material berkelanjutan di tengah ketidakpastian pasar global.
Penulis: Ispanji Surya Dewantoro
Sumber: https://www.alcircle.com/news/bauxite-prices-dip-owing-to-declined-demand-and-supply-in-first-half-of-2025-114761