Defisit Perdagangan dari AS Pun, Australia Tetap Kena Tarif Trump

Australia mengalami defisit perdagangan dengan Amerika Serikat. Meski dijanjikan pengecualian, mereka tetap dipukul Trump dengan tarif baja dan aluminium 25 persen.

 

Australia tidak lolos dari hantaman tarif impor baja dan aluminium oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ini kesempatan bagi Indonesia dan Australia untuk semakin mempererat kerja sama ekonomi guna memastikan kelangsungan pertumbuhan kedua negara.

Hal itu diutarakan oleh Duta Bisnis Australia untuk Indonesia Jennifer Westacott di Jakarta, Selasa (11/2/2025). Ini adalah lawatan kedua Westacott ke Indonesia. Kali ini, ia membawa 39 orang perwakilan perusahaan Australia untuk membangun kerja sama ekonomi dan investasi dua arah dengan Indonesia.

”Kunci menghadapi ancaman penjatuhan tarif impor oleh Trump ialah kemampuan bernegosiasi dengannya. Pada masa jabatan Trump sebelumnya (2017-2021), Indonesia dan Australia bisa melakukannya,” kata Westacott.

Terlepas dari kemampuan bernegosiasi dengan Trump, Westacott menekankan pentingnya meningkatkan kerja sama ekonomi dan investasi dua arah Indonesia dan Australia. Keragaman sektor investasi akan memajukan perekonomian kedua negara dan memperkuat ketahanan pembangunan.

Duta Bisnis Australia untuk Indonesia, Jennifer Westacott, di Jakarta, Selasa (11/2/2025).

 

Trump pada Selasa di Washington DC mengumumkan ia menjatuhkan tarif 25 persen untuk impor baja dan aluminium, tidak peduli komoditas itu diimpor dari negara sekutu ataupun negara lawan. Australia merupakan salah satu pengekspor baja dan aluminium ke Amerika Serikat.

Menanggapi penjatuhan tarif itu, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese segera menelepon Trump.

Trump awalnya mengumumkan ia mempertimbangkan untuk mengecualikan Australia dari tarif. Alasannya, perbandingan ekspor dan impor AS ke Australia lebih tinggi.

”Di dalam neraca perdagangan AS-Australia, AS surplus sehingga kita tidak perlu memberi mereka tarif,” kata Trump.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyampaikan pembicaraannya via telepon dengan Presiden AS Donald Trump mengenai kebijakan tarif baja dan aluminium di Canberra, Australia, Selasa (11/2/2025).

 

Albanese di Canberra mengonfirmasi ucapan Trump. Walaupun demikian, ia menekankan bahwa Australia tetap memantau dan memastikan AS menepati janji tersebut.

Namun, media nasional Australia, SBS, pada pukul 16.00 WIB memberitakan bahwa Australia pun dijatuhi tarif oleh Trump. Ketua Kelompok Industri Australia Ines Willox mengatakan, tarif Trump itu bagaikan tamparan.

Satu alat untuk semua

Para pengamat ekonomi mengkritik kebijakan Trump. Pasalnya, ia menggunakan tarif sebagai satu senjata untuk menyelesaikan semua persoalan.

Apabila mengamati perkembangan soal tarif ini, terlihat setidaknya ada tiga kegunaan tarif oleh Trump. Pertama, ia memakainya sebagai senjata politik untuk menekan. Ini terlihat dari tarif yang dijatuhkan kepada Kanada dan Meksiko, tetangga langsung AS yang terikat perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara.

Penjatuhan tarif ini kemudian ditangguhkan 30 hari, menyusul perundingan terpisah dengan Kanada dan Meksiko. Intinya, Trump menginginkan Kanada dan Meksiko meningkatkan pengawasan di perbatasan masing-masing dengan AS guna mencegah penyelundupan imigran gelap dan narkoba jenis fentanil.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Washington DC, pada 7 Februari 2025.

 

Kegunaan kedua ialah sebagai penutup defisit neraca perdagangan AS. Trump selalu mengeluhkan bahwa AS terlalu banyak mengimpor barang dari luar negeri. Sebaliknya, terlalu sedikit barang AS yang diekspor. Ada pula negara-negara yang menetapkan tarif impor produk AS lebih tinggi dibandingkan dengan tarif di AS.

Contohnya ialah Uni Eropa. Blok ini menetapkan tarif 10 persen untuk kendaraan yang diimpor dari AS. Sebaliknya, AS hanya menetapkan tarif 2,5 persen untuk mobil-mobil Eropa yang masuk ke ”Negara Paman Sam”. Walhasil, Trump mengharapkan dari pemberian tarif balasan ini AS bisa menutupi kekurangan pemasukan ekspor.

Tujuan ketiga ialah melindungi komoditas tertentu yang dianggap strategis oleh AS. Trump mendorong, terkait komoditas yang mencakup baja dan aluminium, agar perusahaan-perusahaan asing memilih berinvestasi di AS.

India dan Thailand yang juga disasar tarif oleh Trump memilih melakukan langkah pencegahan. Mereka mengumumkan hendak membeli lebih banyak produk AS. Bahkan, India berjanji membeli alutsista dari AS dan mengembangkan bersama alutsista tertentu.

”Dinamika perdagangan internasional akan berubah. Semakin banyak negara yang menganggap AS bukan mitra tepercaya sehingga mereka mengalihkan rantai pasok dari AS. Akibatnya, pamor dan pengaruh AS di dunia akan menurun,” kata Maurice Obstfeld, peneliti di Institut Ekonomi Nasional Peterson, AS. (AFP)

 

Penulis: Laraswati Ariadne Anwar

Editor: Muhammad Samsul Had

Sumber: https://www.kompas.id/artikel/defisit-perdagangan-dari-as-pun-australia-tetap-kena-tarif-trump?open_from=Internasional_Page

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *