
Aluminium Jadi Penguat Strategis Kerja Sama Ekonomi dan Pertahanan India-Jepang
Dilansir melalui Alcircle yang diterbitkan pada (21/08/2025). Hubungan ekonomi antara India dan Jepang sudah berlangsung lama, dimulai dari kontribusi Jepang di sektor baja pada tahun 1950-an dan investasi langsung Jepang di sektor teknologi informasi pada tahun 1990-an. Saat ini, Jepang mulai bergantung pada India sebagai pemasok aluminium utama.
India berkembang sebagai pemasok aluminium terpercaya bagi Jepang. Pada tahun 2024, Jepang mengimpor aluminium dari India dengan nilai hampir USD 337 juta (menurut UN COMTRADE), menjadikan India salah satu dari empat pemasok utama. Perubahan kondisi geopolitik, sanksi terhadap Rusia, dan kebutuhan produksi yang lebih bersih telah membuka peluang baru bagi produsen aluminium di India.
Aluminium dan Kebutuhan Jepang
Berbagai industri utama di Jepang, seperti transportasi, elektronik, dan energi terbarukan, sangat bergantung pada aluminium. Pasar aluminium di Jepang cukup besar dan aktif, dengan ketergantungan tinggi pada impor untuk memenuhi kebutuhan industrinya.
Pada 2024, permintaan pasar aluminium Jepang diperkirakan mencapai USD 8,9 miliar dan akan tumbuh hingga USD 12,44 miliar pada tahun 2032, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) antara 4,9 sampai 6,2 persen, dan diperkirakan sekitar 7 persen selama periode 2025-2032.
Menurut Asosiasi Aluminium Jepang, permintaan aluminium mencapai 895.100 ton pada kuartal pertama 2025, naik 1,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagian besar, hampir 860.000 ton, digunakan untuk konsumsi domestik, khususnya di sektor transportasi yang menyumbang hampir 45 persen dari total penggunaan, serta produk elektronik. Peralihan juga terjadi ke penggunaan material ringan untuk kendaraan, casing baterai, dan rangka panel surya.
Produksi aluminium di Jepang menurun karena keterbatasan sumber daya bauksit dan tingginya harga energi, yang menyebabkan penurunan kapasitas peleburan aluminium domestik. Dari kapasitas 1,64 juta ton pada akhir 1970-an, kapasitas tersebut turun menjadi 350.000 ton pada tahun 1984 dan kini hampir mencapai nol. Kondisi ini membuat Jepang harus mengimpor aluminium dalam jumlah besar.
India sebagai Mitra Utama Jepang
India menjadi salah satu mitra dagang utama Jepang dalam aluminium. Pada 2024, impor aluminium Jepang dari India mencapai USD 6,4 miliar, meningkat 16,36 persen dibandingkan USD 5,5 miliar pada 2023. Namun, pada 2022, nilai impor sebenarnya lebih tinggi yakni USD 6,5 miliar, naik 6,6 persen dari USD 6,1 miliar pada 2021.
Kerja Sama Daur Ulang Aluminium
Salah satu kolaborasi yang menonjol adalah Nota Kesepahaman (MoU) antara JNARDDC (Nagpur) dan Daiki Aluminium (Jepang), yang ditandatangani di kantor pusat Daiki di Osaka. MoU ini difokuskan pada daur ulang aluminium dan menghasilkan pembentukan unit daur ulang baru di JNARDDC.
Goto Kazushi, Direktur Pelaksana Senior Daiki Aluminium menyatakan, “Dengan penandatanganan Nota Kesepahaman ini, kami akan membangun kemitraan global kami dan membantu JNARDDC mencapai tujuan lingkungan berkelanjutannya. Sejak didirikan pada tahun 1922, kami telah berfokus pada bisnis daur ulang aluminium selama lebih dari 100 tahun. Melalui produk, teknologi, dan layanan kedua perusahaan, kami akan berkontribusi pada terwujudnya keberlanjutan.”, dikutip dari Alcircle.
Peluang Masa Depan di Kendaraan Listrik dan Pertahanan
Sektor kendaraan listrik (EV) dan pertahanan membuka potensi besar bagi kolaborasi India-Jepang, yang didukung oleh perkembangan industri aluminium India. India semakin terintegrasi dalam rantai pasok pertahanan global, di mana aluminium memiliki peranan penting.
Beberapa contoh penting kerja sama di bidang pertahanan meliputi:
- Veer Guardian 2023: Latihan tempur udara bilateral pertama antara Angkatan Udara India dan Pasukan Bela Diri Udara Jepang (JASDF) pada Januari 2023.
- Dialog Tingkat Menteri 2+2 2024: Pertemuan di New Delhi pada Agustus 2024 membahas peningkatan kerja sama pertahanan melalui latihan bersama, pelatihan, transfer teknologi, keamanan maritim, dan inisiatif keamanan regional.
- Dharma Guardian 2025: Latihan militer gabungan ke-6 yang berlangsung Februari-Maret 2025 di Area Pelatihan Fuji Timur, Jepang, berfokus pada interoperabilitas dalam peperangan perkotaan dan operasi kontraterorisme di bawah mandat PBB.
Di sektor kendaraan listrik, kolaborasi terkini antara India dan Jepang mencakup:
- Investasi Strategis: Pada 5 Juli 2025, Jepang berencana menginvestasikan USD 100 juta hingga USD 400 juta untuk pasar kendaraan listrik, manufaktur baterai, dan daur ulang di India.
- Kemitraan Perusahaan: Lebih dari 70 perusahaan Jepang, termasuk produsen besar dan firma ekuitas swasta, aktif menjalin usaha patungan dan transfer teknologi dengan perusahaan India seperti Tata, Maruti Suzuki, Attero, dan Lohum.
- Dukungan Pemerintah: Skema Insentif Terkait Produksi (PLI) dan FAME dari pemerintah India mendukung lokalisasi hingga 60 persen rantai pasok EV di India pada 2030. Pemerintah Jepang juga menyiapkan dana sekitar ¥350 miliar (USD 2,4 miliar) untuk mendukung kebijakan baterai domestik dan kemitraan R&D bersama India.
- Ekosistem Startup dan Inovasi: Maruti Suzuki India Ltd. menandatangani MoU dengan JETRO untuk menghubungkan startup India dan Jepang dalam pengembangan solusi mobilitas, termasuk EV.
Pertumbuhan industri aluminium India, dipadukan dengan keunggulan teknologi Jepang, membuka peluang besar bagi kolaborasi di bidang kendaraan listrik dan pertahanan. Kolaborasi ini dapat memperkuat rantai pasok, mendorong inovasi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kepemimpinan teknologi bagi kedua negara.
Penulis: Ispanji Surya Dewantoro
Sumber: https://www.alcircle.com/news/aluminium-powers-india-japan-alliance-115181
