Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pengembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di Indonesia masih belum berprogres. Hal ini berbeda apabila dibandingkan dengan smelter nikel yang jauh lebih pesat pembangunannya.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno mengakui bahwa rencana pembangunan pabrik smelter bauksit tidak semulus pembangunan pabrik smelter nikel. Kondisi ini terjadi lantaran terdapat tantangan dari sisi keekonomian yang lebih menantang.
“Kita sampaikan di sini bahwa bauksit ini tidak semulus untuk nikel. Kenapa? karena dari sisi keekonomian relatif lebih berat dan menantang,” kata Tri dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (19/2/2025).
Kemudian tantangan lainnya adalah dari sisi permintaan pasar dalam negeri. Pasalnya, kebutuhan untuk aluminium domestik saat ini masih cukup rendah. “Sebetulnya kalau Indonesia ini kan kebutuhan untuk aluminium kan sebetulnya cuma 1/4. Apabila semua terbangun, toh juga harus diekspor. Nah di lain sisi, untuk ekspor kapasitasnya sepertinya sudah optimal,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Tri menilai bahwa kondisi-kondisi di atas tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha membangun smelter bauksit di dalam negeri.
“Nah ini merupakan tantangan sendiri untuk bauksit, mungkin juga nanti dengan Bapak-Ibu Anggota Dewan, ini mungkin khusus untuk bauksit ini nanti perlu pembahasan kira-kira solusinya seperti apa,” kata dia.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20250219132001-4-611878/esdm-ungkap-pembangunan-smelter-bauksit-tak-semulus-nikel